Biografi Obama

Formula Super Anti Malas

Edensor

42 Rules of Marketing: A Funny Practical Guide with the Quick and Easy Steps to Success

SQL and Relational Theory

Claiming Rights, Claiming Justice: A Guidebook on Women Human Rights Defenders

One Gigabyte of Love

Penulis: Helvy Tiana Rosa, Asma Nadia, dkk
Editor: Helvy Tiana Rosa, Tomi Satryatomo
Penerbit: Lingkar Pena Publishing House
Tebal: 305 halaman
Cetakan: I, Februari 2008

Sekilas :
Cinta ada di mana-mana, dalam bentuk apa saja. Kepada pasangan hidup, kepada orangtua, kepada anak, kepada pekerjaan, kepada sesama manusia. Itulah yang diungkapkan dalam One Gigabyte of Love, yang menurut para editornya semula hendak dijuduli Multiply Your Love.

Saya sempat mengintip proyek menulis beramai-ramai yang dikoordinir Sri Sarining Diyah ini beberapa waktu lalu. Hasilnya cukup mengesankan. Lima puluh tiga orang blogger Multiply, yang terpilih dari 200 naskah, memaparkan cinta dari berbagai sudut pandang. Tentu saja semua tulisan tersebut pernah (dan mungkin masih) tayang di MP masing-masing. Selain merasa sebagai bagian dari komunitas Multiply, saya membeli buku ini karena terpikat pada penampilan sampulnya yang lain dari terbitan Lingkar Pena yang biasanya funky dan serba gaul.

Beberapa nama yang berkontribusi dalam buku ini tak asing bagi saya kala wara-wiri di Multiply. Selain kakak-beradik HTR dan Asma Nadia, ada juga Nadiah 'Quadrangle' Alwi, Agnes Tri Harjaningrum, Cak Nono, Mbot, Ima, Sofie Dewayani, juga Dina Sulaeman (saya malah baru tahu beliau punya MP juga:p). Posisi sebagian MP-ers yang bermukim di mancanegara menjadikan isi buku penuh warna. Berikut ini serangkum yang amat menawan:

1. Welcoming A Gift from God (Agung Nugroho alias Mbot). Tulisan yang apa adanya dan 'gue banget'. Saya ternyata tidak sendiri dalam kekurangsukaan pada anak kecil dengan segala pernak-perniknya, walaupun nggak sampai tak ingin punya anak. Dengan caranya yang unik, Mbot menyentuh kedalaman hati saya sampai penutup cerita. Dua jempol.

2. Bahasa Gado-gado (Wendi Damita Ruky). Akulturasi memang kerap menimbulkan geli. Saya terpingkal-pingkal menyimak betapa suami penulis dengan mudah menyerap kata 'lupa' saking seringnya Wendi mengatakan itu. 'You keep lupa-ing this, lupa-ing that..'

3. Jalan Menuju Taman Surga (Dedy Subandi). Dikemukakan dengan indah, melankolisnya cerita ini terasa pas. Pertemuan dan kerinduan melalui mimpi dengan yang telah pergi. Ini pun kisah yang 'gue banget'. Terima kasih, Mas Dedy, saya akan belajar mengikhlaskan dia yang telah dipanggil Allah.

4. Kalimat Positif (Nadiah Alwi). Saya pernah membacanya di MP Nad. Meski singkat, tulisan ini hadir di saat yang tepat karena kemarin saya tengah dialiri energi negatif dan ingin sekali meledakkannya. Merci beaucoup, ma vieille.

5. Seribu Pohon Cinta Buat Richard (Jullie Guerre). Betapa menakjubkan, suatu kehidupan baru dapat membangkitkan semangat yang telah padam. Membaca tulisan ini terasa hidup sekali mengingat saya berada di dekat wilayah hutan pinus juga.

6. Mampukah Aku Tumbuhkan Pohon Cinta Itu? (Agnes Tri Harjaningrum). Menggugah saya mengenai sesuatu bernama kesabaran, yang begitu sukar dan kerap laksana tak terjangkau. Saya belajar banyak dari cerita ini.

7. Sebuah Karunia Bernama Deafness (Tuntas Margi Hartini). Salah satu yang paling mempesona dan mengharu-biru. Khususnya kalimat ini, "Yang makin menyedihkan, baru-baru ini pihak Departemen Pendidikan Nasional (Depdiknas) dan beberapa dosen S3 dari Universitas Pendidikan Indonesia (UPI - Bandung) kekhususan Special Education mengeluarkan pernyataan bahwa para tunarungu lulusan SLB tidak mungkin bisa masuk kuliah dan membuat skripsi." (halaman 55)

8. Puisi dari Anakku (Tomi Satryatomo). Alangkah bahagianya memiliki anak yang pengertian terhadap kebersamaan yang nyaris langka. Saya teringat serentetan pertanyaan para keponakan tatkala membaca, "Jawablah pertanyaan anak kecil, sebagaimana kita menjawab pada orang dewasa karena mereka punya kecerdasannya sendiri." (halaman 35)

9. Secangkir Teh Inggris (Fatima Zahra). Tanpa membaca tulisan ini, saya tidak akan tahu bahwa Ima sudah berkeluarga. Kisahnya puitis, bening dan sulit dilepaskan bila belum mencapai akhir.

Tak kalah menarik untuk disimak, jumpalitannya kedua editor memoles naskah-naskah yang diuntai di sini. 'Sungguh, inilah naskah paling menantang yang pernah kami edit karena memang hampir semua naskah, bukanlah naskah yang direncanakan untuk diterbitkan. Tapi lebih banyak yang merupakan curahan hati suka-suka, yang ditulis secara seenaknya pula.' (halaman vi) Bagian ini membawa ingatan saya pada suatu pengalaman menyunting naskah yang muter-muter, apalagi dalam One Gigabyte of Love juga terdapat tulisan panjang yang sempat saya lompati untuk dibaca paling akhir dan frasa-frasa khas blogger (baca: curhat) yang tidak diubah. Dapat saya bayangkan kepusingan duet editor buku ini, kendati penataan secara menyeluruh tetap manis. Ini terlihat dari penempatan yang sangat tepat, dibuka oleh cerita Lizsa Anggraeni yang mengalir bagai danau tenang dan menyejukkan.

Kekurangan buku ini ialah tiadanya profil singkat penulis, mengingat tidak semua foto (headshot) ditampilkan di sampul belakang.

Download : disini
Sumber: http://sinarbulan.multiply.com/journal/item/260/Ulasan_Buku_Non_Fiksi_One_Gigabyte_of_Love

0 komentar

Leave a Reply

Copyright 2009 Simplex Celebs All rights reserved Designed by SimplexDesign